BIDANG KEGIATAN
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENELITIAN
(PKM P)
Diusulkan oleh:
Nina Wijiani (102210101082) Angkatan (2010)
Yudistirawati Khusna (102210101083) Angkatan (2010)
Nazilatul Maghfiroh (122210101010) Angkatan (2012)
Tri Rizqi Muharoma
(122210101041) Angkatan (2012)
UNIVERSITAS JEMBER
JEMBER
2013
BAB
1. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Bahan aktif yang digunakan untuk pembuatan sediaan
obat sebagian besar bersifat hidrofobik. Babu et al. (2007) menyatakan bahwa 60% dari bahan obat sintetis yang
baru ditemukan umumnya memiliki kelarutan di dalam air yang rendah. Contoh dari
bahan obat tersebut adalah meloksikam yang memiliki kelarutan dalam air sebesar
0,1779 mg/ml (Babu et al., 2007). Kelarutan
meloksikam di dalam air yang sangat rendah tersebut akan berpengaruh pada
bioavaibilitasnya dalam tubuh.
Meloksikam merupakan derivat enolat yang memiliki efek
terapi analgesik dan antiinflamasi. Obat yang termasuk dalam golongan Non Steroid Anti Inflammation Drugs
(NSAID) ini bekerja dengan cara menghambat enzim siklooksigenase (COX).
Berdasarkan Biopharmaceutical
Classification System (BCS), bioavaibilitas obat dipengaruhi oleh kelarutan
dan permeabilitasnya. Meloksikam merupakan obat dengan BCS kelas 2 dengan
karakteristik kelarutan rendah namun permeabilitasnya terhadap
membran tinggi, rate limiting step-nya
terletak pada laju disolusi obat tersebut (Oliveira et al., 2009). Laju disolusi lambat yang disebabkan oleh kelarutan
obat yang rendah akan mengurangi jumlah obat yang akan diabsorbsi. Hal ini akan
berdampak pada bioavaibilitas obat itu sendiri. Keterbatasan kelarutan obat
dalam cairan fisiologis menjadi faktor penghambat absorbsi obat, kelarutan obat harus ditingkatkan agar
bioavaibilitas obat meningkat.
Melitab
( Meloksikam Liquisolid Tablet)
adalah inovasi terbaru yang bertujuan untuk meningkatkan kelarutan obat
Meloksikam sehingga absorbsinya dalam tubuh lebih optimal, dengan metode
terbaru yang dikembangkan di Indonesia yaitu metode Likuisolid. Teknik
likuisolid bertujuan untuk
meningkatkan disolusi obat yang memiliki kelarutan rendah dalam air (Yadav,
2009). Teknik likuisolid dibuat dengan melarutkan bahan aktif yang lipofil atau
sukar larut dalam air dalam pelarut yang non
volatile seperti propilen
glikol, polietilan glikol (PEG) 200 dan 400, gliserin, dan polisorbat 80
menjadi suspensi
atau bentuk cair kemudian diubah menjadi serbuk yang mudah mengalir, non adherent dan siap dikompresi setelah
penambahan bahan pembawa dan bahan penyalut (Fahmi RH, 2008).
Teknik liquisolid telah
dibuktikan mampu meningkatkan laju disolusi obat lipofil atau sukar larut dalam
dosis yang kecil. Pada bahan aktif dengan dosis yang besar, maka perlu
ditambahkan polimer hidrofilik selain pelarut non volatile. Dengan
penambahan polimer seperti polivinil pirolidon (PVP K-30) dalam liquid medication, akan memungkinkan
untuk meningkatkan laju disolusi obat tersebut (Javadzadeh et al., 2007). Oleh karena itu penelitian ini perlu di lakukan sebagai upaya
untuk meningkatkan efektifitas pengobatan menggunakan Meloksikam.
1.2
Perumusan Masalah
1.
Bagaimanakah formulasi
optimum dari Melitab (Meloksikam Liquisolid Tablet) ?
2.
Apakah Metode
Liquisolid dapat meningkatkan disolusi Meloksikam?
3.
Bagaimana Pengaruh Perbedaan
konsentrasi Polimer dan Lubrikan pada tablet Likuisolid?
1.3
Tujuan
1.
Menentukan formulasi
terbaik untuk Melitab
2. Meningkatkan laju disolusi meloksikam
2. Meningkatkan laju disolusi meloksikam
3.
Mengetahui pengaruh
Polimer dan lubrikan pada sediaan
Melitab
1.4 Luaran yang
Diharapkan
Dari penelitian ini akan menghasilkan produk baru berupa
Melitab (Meloksikam Likuisolid Tablet)
sebagai produk sediaan baru yang mampu meningkatkan laju disolusi obat
meloksikam dalam tubuh, serta dapat
meningkatkan absorbsi obat dan efektifitas pengobatan dengan Meloksikam. Selain
itu karena proses pembuatannya yang mudah, diharapkan produk ini dapat di
gunakan untuk pembuatan tablet Meloksikam secara skala Industri. Selain itu
juga luaran dari program ini artikel ilmiah tentang metode Likuisolid.
1.5 Kegunaan
1.
Melitab ( Meloksikam Likuisolid Tablet ) sebagai alternatif baru
modifikasi sediaan tablet yang dapat meningkatkan laju disolusi meloksikam
2.
Melitab ( Meloksikam Likuisolid Tablet ) sebagai sarana untuk
mengembangkan teori yang di pelajari oleh mahasiswa.
2.1 Meloksikam
Meloksikam
merupakan derivat enolat yang memiliki efek terapi analgesik dan antiinflamasi.
Obat yang termasuk dalam golongan Non
Steroid Anti Inflammation Drugs (NSAID) ini bekerja dengan cara menghambat
enzim siklooksigenase (COX). Nama kimia dari obat ini yaitu (4-hidroksi-2-metil-N-(5-metil-1,3-tiazol-2-il)-2H-1,2-benzotiazin-3-karboksamin-1,1-dioksida). Rumus molekul obat ini adalah (C14H13N3O4S2).
Molekul obat ini memiliki berat molekul (BM) sebesar 351,4 (British
Pharmacopoeia Commission, 2009). Adapun struktur meloksikam telah digambarkan
dalam Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Rumus bangun meloksikam (Sumber: British
Pharmacopoeia Commission, 2009)
Meloksikam memiliki karakteristeristik yang khas.
Obat ini berupa serbuk kuning yang praktis tidak larut dalam air. Serbuk
meloksikam larut dalam dimetilformamid, sedikit larut dalam aseton dan sangat
sedikit larut dalam etanol (96%) dan metanol (British Pharmacopoeia Commission,
2009). Meloksikam memiliki titik leleh 263ºC (Umesh et al., 2012). Obat ini memiliki koefisien partisi 0,1 dalam
larutan oktanol/ buffer pH 7,4 serta pKa 1,1 dan 4,2 (Oliveira et al.,
2009).
Dalam
penggolongan BCS (Biopharmaceutical
Classification System), meloksikam tergolong dalam BCS tipe 2 (Oliveira et al., 2009). Ini menandakan bahwa rate limiting step untuk absorbsi obat
terletak pada kelarutannya sedangkan permeabilitasnya tinggi. Bioavaibilitas
per oral untuk meloksikam adalah 89% meskipun kelarutan meloksikam buruk pada
cairan biologis (Jafar et al., 2010).
Hal ini membuktikan bahwa permeabilitas meloksikam terhadap membran
biologis tinggi. Meloksikam telah
dilaporkan dapat larut dalam air sebanyak 0,1779 mg/ml pada suhu 25ºC (Babu et al., 2007). Pada literatur lain,
Awasthi et al. (2011) menyatakan
bahwa meloksikam dapat larut dalam air sebesar 8µg/ml. Perbandingan kelarutan
dalam air yang lebih dari 1:10.000 dapat dinyatakan praktis tidak larut
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995).
2.2
Teknik Liquisolid
Teknik likuisolid merupakan suatu teknik pembuatan tablet
yang relatif baru, diperkenalkan pada tahun 2002 oleh Spireas,yaitu teknik
untuk mengubah suatu bentuk cairan ke keadaan serbuk kering yang memiliki sifat
alir dan kompresibilitas baik,melalui pencampuran fisik sederhana dengan bahan
pembawa dan penyalut tertentu.(Spireas, 1998)
2.1.1.
Keuntungan
dan Kerugian dari Teknik Likuisolid :
Keuntungan
dari metode ini adalah :
a)
Metode
pembuatannya sederhana mirip dengan pembuatan tablet secara konvensional
b)
Biaya
pembuatan relatif murah jika dibandingkan dengan pembuatan kapsul gelatin lunak
c)
Pelepasan
obat dapat dimodifikasi menggunakan bahan tambahan yang sesuai
d)
Bahan
obat dapat berada dalam dispersi molekuler
e)
Dapat
diaplikasikan untuk produksi skala industri
f)
Bioavaibilitas
lebih baik jika dibandingkan tablet konvensional
Kerugian dari metode ini adalah :
a)
Metode
ini hanya untuk bahan – bahan yang memiliki kelarutan tinggi pada pelarut non – volatile
b)
Untuk
meningkatkan sifat alir dan kompaktibilitas serbuk liquisolid dibutuhkan bahan
pembawa dan penyalut dalam jumlah yang besar, sehingga menambah besar ukuran
tablet dan susah untuk di telan.
2.1.2
Pembuatan
Tablet Dengan Teknik Likuisolid
Pembuatan tablet dengan teknik likuisolid akan melibatkan
beberapa bahan tambahan selain bahan obat,seperti bahan pembawa, bahan penyalut
dan bahan lain seperti bahan penghancur dan pelicin.
2.1.3 Komponen Bahan dalam Pembuatan Tablet
Liquisolid
a)
Bahan
Obat
Teknik likuisolid
memiliki tujuan antara lain untuk
meningkatkan pelepasan obat dari
bahan aktif yang sukar larut atau memiliki kelarutan buruk dalam air. Beberapa contoh bahan
obat yang telah dicoba dengan teknik likuisolid antara lain ibuprofen, karbamazepine, hidrokortison, prednisolon,
piroksikam, dan lainnya.
b)
Pelarut non volatile
Pelarut non volatile
yang digunakan sebaiknya
bersifat inert, dapat campur
dengan pelarut organik,viskositas
tidak terlalu tinggi, dan memiliki titik didih tinggi. Beberapa pelarut non
volatile yang digunakan dalam formulasi tablet likuisolid antara lain polietilen glikol 200 dan 400, gliserin, polisorbat 80
dan propilenglikol.
c)
Bahan pembawa
Untuk meningkatkan
pelepasan obat, digunakan bahan pembawa yang bersifat hidrofilik, misalnya
Avicel PH 102 dan laktosa monohidrat.
d) Bahan
penyalut
Bahan penyalut yang
umum digunakan adalah silika (Cab-O-Sil M5, Aerosil 20013, Siloid).
Bentuk cair (liquid medication) yang dimaksud dapat berupa bahan obat cair atau campuran
antara bahan obat dengan pelarut non
volatile yang ditambahkan, baik dalam
bentuk larutan obat atau suspensi obat, yang akan tergabung ke
dalam bahan pembawa yang digunakan. Adapun cara pem- buatan tablet dengan teknik likuisolid, secara umum adalah
sebagai berikut:
a)
Bahan obat,
pertama-tama didispersikan dalam pelarut non volatile dengan perbandingan
tertentu antara bahan obat dan pelarut non volatile.
b)
Campuran
antara bahan pembawa dan bahan penyalut ditambahkan pada liquid medication dengan pengadukan berkelanjutan di dalam mortir.
Jumlah bahan pembawa yang digunakan harus cukup untuk menghasilkan campuran
dengan sifat alir dan kompresibilitas yang baik.
c)
Terhadap
campuran tersebut, ditambahkan bahan penghancur dan bahan tambahan lain yang
diperlukan, campur di dalam mortir.
d) Campuran (serbuk likuisolid) diuji sifat alirnya (waktu alir, sudut diam, Carr’s Index,
Hausner Ratio), dan jika sudah memenuhi persyaratan, dicetak menjadi tablet.
e)
Tablet yang
dihasilkan diuji mutu tablet, meliputi keseragaman sediaan (bobot dan kandungan)
kekerasan tablet, kerapuhan tablet, waktu hancur tablet,kandungan bahan aktif
di dalam tablet,dan selanjutnya dilakukan uji disolusi.(Yadav,2009).
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah timbangan
analitik, Mesin cetak tablet, Alat Uji Kekerasan Tablet, Alat Uji kerapuhan
Tablet, Alat Uji Waktu Hancur Tablet, Alat Uji Disolusi Tablet, Alat Uji waktu
Hancur Tablet, Spektrofotometer UV Vis, Stopwatch dan peralatan Gelas.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Meloksikam (PT. Dexa Medika),PVP-K30, Aerosil, Avicel, SSG, Mg Stearat.
3.2
Tempat
Penelitian
Penelitian ini
dilakukan di Laboratorium Teknologi Farmasi dan Laboratorium Farmasetika Fakultas
Farmasi Universitas Jember.
3.3
Prosedur
Penelitian
a.
Pembuatan Melitab ( Meloksikam Liquisolid Tablet )
·
Desain Penelitian
Formula Melitab
PVP K-30
|
-
|
5%
|
10%
|
15%
|
Mg Stearat
|
-
|
1 %
|
3%
|
5%
|
Prosentase ini diperoleh dari jumlah maksimum PVP K – 30
dan Mg Stearat yang berfungsi sebagai polimer dan lubrikan pada tablet
likuisolid.
·
Formula Melitab (
Meloksikam Liquisolid Tablet )
Bahan
|
Formula 1 (mg)
|
Formula 2 (mg)
|
Formula 3 (mg)
|
Formula 4 (mg)
|
Meloksikam
|
200
|
200
|
200
|
200
|
PVP
K-30
|
-
|
13
|
26
|
39
|
Aerosil
|
20
|
20
|
20
|
20
|
Avicel
|
540
|
518
|
490
|
461
|
SSG
|
40
|
40
|
40
|
40
|
Mg
Stearat
|
-
|
8
|
24
|
40
|
Gliserin
|
30
|
30
|
30
|
30
|
Propilen
Glikol
|
30
|
30
|
30
|
30
|
Berikut adalah diagram alir
pembuatan Melitab
b.
Pengamatan Sifat Fisik
Granul dan Tablet
Uji sifat fisik granul yang dilakukan adalah pengukuran
sudut diam, Carr’s Index dan Hausner
Ratio. Uji sifat Fisik Tablet meliputi uji keseragaman bobot, Uji
keseragaman kandungan, Uji kekerasan tablet, Ujia Kerapuhan Tablet, dan Uji
waktu Hancur Tablet.
c.
Penetapan Kadar
Meloksikam dalam Tablet
Diambil 20 tablet secara acak , lalu di
gerus halus dan di aduk dengan seksama 800 mg sampel yang setara dengan 200 mg
meloksikam, dilarutkan dalam larutan dapar fosfat 0,2 M pH 7,2 dalam labu takar
100,0 ml dan dikocok hingga homogen, kemudian disaring dengan kertas Whatman.
Filtrat hasil pengaringan pertama di buang , kemudian di pipet sebanyak 1,5 ml,
lalu tambahkan larutan dapar fosfat 0,2
M pH 7,2 hingga volume tepat 10 ml. Absorbansinya diamati pada panjang
gelombang serapan maksimum dengan menggunakan alat spektrofotometer UV – VIS
dengan panjang gelombang serapan maksimum 264 nm.
d.
Uji Disolusi
Uji
disolusi dari matriks tablet dapat dilakukan dengan alat disolusi model
apparatus II USP. Tablet dimasukan dalam labu yang berisi larutan dapar fosfat
0,2 M, pH 7,2 yang berfungsi sebagai medium. Jarak pengaduk dayung diputar pada
kecepatan 50 rpm. Suhu Medium dijaga konstan 37 ± 0,5o C dengan
volume medium dispersi yang digunakan 900 ml. Masing-masing formula dimasukkan
dalam tiap-tiap chamber disolusi. Uji
disolusi ini dilakukan selama 60 menit. Waktu pengambilan dimulai dari menit ke
10, 20, 30, 40, 50 dan 60. Sampel diambil sebanyak
5ml pada setiap interval waktu yang telah ditentukan. Setiap sampel yang sudah
diambil akan dianalisis dengan spektrofotometer UV - Vis. Analisis sampel ini
menggunakan panjang gelombang pengamatan 364 nm. Hasil absorbansi yang
dihasilkan akan dianalisis untuk menemukan % kumulatif meloksikam pada interval
waktu tertentu.
e.
Analisis Data
Pengujian statistika yang digunakan untuk menguji apakah ada perbedaan yang
bermakna pada hasil uji disolusi adalah uji ANOVA (Analysis of Varian)
satu arah, dengan syarat uji homogenitas dan uji normalitas memenuhi
persyaratan uji ANOVA. Ini dikatakan berbeda bermakna jika nilai p > 0,05
dan tidak berbeda bermakna bila p < 0,05. Apabila terdapat perbedaan
bermakna maka dilanjutkan dengan uji LSD (Least Significantly Different)
dengan menggunakan program SPSS. Jika kedua uji di atas tidak memiliki sebaran
normal dan distribusi yang homogen, maka dilanjutkan dengan uji Kruskall-Wallis.
Ini dikatakan berbeda bermakna apabila nilai p < 0,05 dan tidak berbeda
bermakna bila p > 0,05, bila terdapat perbedaan bermakna dilanjutkan dengan
uji Mann-Whitney (Dahlan, 2009).
DAFTAR PUSTAKA
· Awasthi, Kumar, Manisha, Preeti, dan Kumar.
2011. Development Of Meloxicam Formulations Utilizing Ternary Complexation For
Solubility Enhancement. J. Pharm. Sci., 24 (4): 533-538.
· Babu, Subrahmanyam, Thimmasetty, Manavalan, dan
Valliappan. 2007. Solubility of Meloxicam in Mixed Solvent Systems. Ethiop. J.
Pharm., 25: 23-28.
· Bakhle, Upadhye, Dixit, dan Wadetwar. 2010.
Solubility And Dissolution Improvement Of Poorly Soluble Drug Using Solid
Dispesion Technique. Int. J. Pharm. Technol., 2 (4): 1230-1240.
· British Pharmacopoeia Commission. 2009. British
Pharmacopoeia 2009. London: British Pharmacopoeia Commission.
·
Dahlan, M.S. 2009. Statistik untuk Kedokteran
dan Kesehatan: Deskriptif, Bivariat dan Multivariat : Dilengkapi Aplikasi
dengan Menggunakan SPSS. Jakarta : Salemba Medika. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
·
Jafar, M., Mhg, D., dan Shareef, A. 2010.
Enhancement of Dissolution and Anti-Inflammatory Effect of Meloxicam Using
Solid Dispersions. Int. J. App. Pharm., 2 (1): 22-27. Oliveira, Azevedo,
Bonfilio, Oliviera, Ribeiro, dan Araujo. 2009. Dissolution test optimization
for meloxicam in the tablet pharmaceutical form. Brazilian J. Pharm. Sci., 45
(1): 67-73.
·
United States Pharmacopoeia. 2007. The United
States Pharmacopoeia 30 NF 25. U.S. Pharmacopoeia.
·
Umesh, Naveen, Amit, dan Bhatt. 2012. Physical
Properties and Dissolution Behaviour of Meloxicam/Poloxamer Solid Dispersions
Prepared By Hot Melt Method and Microwave Assisted Method. Int. J. Res. Pharm.
Sci., 2 (2): 64-74.
Casino 2021 - JamBase
BalasHapusCasino 김포 출장마사지 2021 Slots, Blackjack and Roulette · Play Live Casino · Sign up 강릉 출장안마 for a new 울산광역 출장마사지 account today · Play free 문경 출장마사지 casino games. · Create an account 인천광역 출장샵